Lendir Bekicot Penghilang Rasa Nyeri
BEKICOT hingga sekarang masih menjadi konsumsi masyarakat Indonesia yang disajikan dalam bentuk keripik. Bekicot mengandung banyak bahan kimia yang dapat dilihat pada tabel.
Selain itu, secara turun-temurun oleh nenek moyang kita digunakan sebagai obat penyembuh luka ringan, penyakit kuning, penyakit kulit (gatal-gatal), dan dapat juga lendir bekicot (Achatina fulica Fer)-nya untuk mengobati sakit gigi dengan cara lendir bekicot dengan bantuan kapas ditempelkan pada gigi yang sakit sehingga ada anggapan lendir bekicot berkhasiat sebagai penghilang nyeri (analgetik).
Nyeri merupakan suatu tanda terhadap adanya berbagai gangguan tubuh, seperti: infeksi kuman, peradangan, dan kejang otot. Nyeri dapat terjadi akibat adanya rangsangan mekanis (misalnya dengan pukulan) atau rangsangan kimiawi (misalnya zat kimia) yang menimbulkan kerusakan-kerusakan jaringan dan melepas mediator nyeri (zat penyebab nyeri) yang merangsang reseptor yang kemudian diteruskan ke pusat nyeri sehingga timbullah rasa nyeri.
Analgetika merupakan "kata benda" yang berarti zat yang mampu menghilangkan rasa nyeri, sedangkan analgetik merupakan "kata sifat" penghilang rasa nyeri. Zat penghilang rasa nyeri digolongkan menjadi dua macam, yaitu: analgetika narkotik dan analgetika nonnarkotik, yang sama-sama berfungsi menghilangkan rasa nyeri. Bedanya, analgetika narkotik menghambat langsung pada pusat nyerinya, sedangkan analgetika nonnarkotika tidak menghambat langsung pada pusat nyeri.
Menyebut penelitian yang dipimpin Drh Bambang Pontjo Priosoeyanto PhD tentang getah batang pisang, daun lidah buaya, lendir bekicot, dan cacing tanah sebagai penyembuh luka (Kompas, 24/7); telah pula dilakukan penelitian oleh C Mutiarawati tentang daya analgetik lendir bekicot terhadap mencit (anak tikus putih).
Penelitian ini menggunakan hewan percobaan mencit dengan jenis kelamin jantan, galur swiss, usia 1,5-3 bulan dengan berat badan 20-25 gram.
Pembanding untuk uji daya analgetik ini ada dua macam, yaitu pembanding positif (zat yang terbukti mempunyai efek analgetik) dan pembanding negatif (bahan inert yang terbukti tidak berkhasiat sebagi analgetik).
Pembanding positifnya menggunakan asetosal, sedangkan pembanding negatifnya menggunakan aquadest. Lendir bekicot didapatkan dengan cara memecah bagian ujung cangkang bekicot dan lendirnya akan mengalir dengan sendirinya.
METODE uji daya analgetik ini adalah metode induksi cara kimia, parameter yang diamati adalah respons geliat mencit. Untuk itu perlu dilakukan rangsang nyeri perut pada hewan percobaan dengan menggunakan asam asetat yang diberikan secara intraperitoneal (dalam rongga peritonem).
Geliat mencit menandakan adanya respons nyeri yang dirasakan hewan percobaan sehingga semakin banyak hewan uji menggeliat menunjukkan rasa nyeri yang semakin kuat juga dirasakan oleh hewan percobaan, demikian sebaliknya semakin jarang hewan uji menggeliat menunjukkan hewan percobaan merasakan nyeri yang semakin ringan.
Selanjutnya untuk sampel lendir bekicot, pembanding positif, dan pembanding negatif diberikan secara per oral.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lendir bekicot terbukti mempunyai daya analgetik yang lebih rendah dibandingkan terhadap asetosal.
Muncul dugaan bahwa lendir bekicot menghilangkan nyeri dengan jalan menghambat mediator nyeri (zat yang menyebabkan nyeri) sehingga rasa nyeri tidak terjadi karena mediator nyeri terhalangi untuk merangsang reseptor nyeri sehingga rangsangan nyeri tidak diteruskan ke pusat nyeri, dengan demikian rasa nyeri tidak terjadi.
Ada beberapa macam mediator nyeri, antara lain histamin, bradikinin, serotonin, dan prostaglandin. Tetapi, belum diketahui mediator nyeri yang mana yang dihambat oleh lendir bekicot untuk menghilangkan rasa nyeri.
C Mutiarawati SSi Apt Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi "Yayasan Pharmasi" Semarang
0 komentar:
Posting Komentar